Malam ini aku sangat merasa bahagia, Aziz menyatakan cintanya padaku.
Yeah, tepatnya pada pukul 18.30 sehabis sholat maghrib. Saat itu aku dan dia
sedang berdua, selama beberapa menit suasana hening karna diantara kami tak ada
satupun yang berbicara. Suasana hening itupun mulai pecah karena tiba-tiba saja Aziz berkata,
“Alis aku pengen ngomong sama kamu, tapi kamu harus janji jangan marah.”
Tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang setelah mendengar kata Aziz tadi, dan
aku menjawab “ Iya, kamu mau ngomong apa?”
“ Sebenarnya perasaan kamu ke aku tu
gimana sih?”
“ Maksud kamu perasaan apa ? Aku binggung”
“ Ya, mungkin ada perasaan apa gitu yang lebih dari aku ?”
“ Emang perasaan kamu gimana ke aku?”
“ Jujur aja Lis, aku suka sama kamu dari dulu kita pertama kali
ketemu”
Aku hanya terdiam aku belum tau mau jawab apa ke Aziz. Jantungku
semakin berdetak kencang. Aku semakin tak berkutik, tapi aku merasa sangat
bahagia, entah mengapa.
“ Kenapa kamu diam, Lis ? Aku kan pengen tau perasaan kamu ke aku”.
“ Aku nggak tau gimana perasaan aku ke kamu, tapi hatiku berkata aku
juga suka sama kamu Aziz”.
“ Kamu mau nggak jadi pacarku ?”
“ Kamu serius ? Tapi, aku takut patah hati”.
“ Alis, kamu harus percaya sama aku, aku nggak akn pernah nyakitin
kamu. Kamu percaya kan sama aku? Kamu maukan jadi pacarku? Aku serius sama
kamu!!”
“ Tapi kamu tau kan kalau aku itu nggak boleh pacaran sama orang tuaku
!!”
“ Kita kan bisa backstreet Alis
! Mau ya, ayolah !”
“ Iya, aku mau. Tapi kamu harus janji nggak boleh ngomong sama
siapapun tentang hubungan kita, dan yang paling penting kamu nggak boleh
nyakitin perasaanku!”
“ Iya....iya aku janji !”
Sejak saat itu aku dan Aziz sering sms-an. Saat kita bertemu aku
selalu senyum pada Aziz, dan Aziz membalas senyumku. Walaupun kita pacaran,
tapi kita tidak pernah ketemuan ataupun janjian. Teman-temankupun merasacuruga
terhadap hubungan kami, karena sikapku ke Aziz dan sikap Aziz ke aku tidak
seperti biasanya. Teman-teman kamipun sering bertanya pada kami, sebenarnya di
antara kami itu ada hubungan apa. Tapi aku dan Aziz tidak pernah mengaku.
Biarlah tiada seorangpun yang tau tentang hubungan kami. Aku tak ingin ada
orang ketiga yang cemburu karena hubungan kami, karena aku tau ada yang iri
terhadap hubunganku sama Aziz.
Beberapa minggu kemudian setelah selesai sholat Isya’ di masjid
tiba-tiba Meyta bertanya padaku “ Alis, aku pengen tanya sama kamu, tapi kamu
harus jujur ya sama aku dan kamu jangan marah sama aku !”
“ Iya, kamu mau tanya apa sih Mey ? Kayaknya kok serius banget?”
“ Kamu sebenarnya ada hubungan apa sih sama Aziz? Kok sikap kamu ke
dia nggak kayak biasanya? Aku rasa kamu sama Aziz itu ada hubungan yang spesial
gimana gituh ! Iya kan Lis? Jujur saja sama aku, nggak papa kok, aku juga nggak
bakal bilang sama siapa-siapa, kan kamu temen deket aku!”
“ Maksud kamu hubungan apa to Mey? Terus sikapku ke Aziz aneh gimana?
Aku tuh bingung sama kamu tau!”
“ Ya, beda aja, kamu itu sering senyum-senyum sama dia, dan senyum
kamu tu beda. Kamu ada hubungan apa sih Lis? Jujur aja sama aku!”
“ Gimana yah, aku mau ngomong apa sama kamu, aka bingung nih!”
“ Alah kamu mau jujur aja susah baget sih Lis!! Ayo donk Lis, aku janji
kok nggak bakal ngomong siapa-siapa!”
“ Sebenernya gini lho Mey, Aziz itu sudah seminggu ini pacaran sama
aku, tapi kita backstreet. Kamu janji kan Mey nggak bakalan ngomong sama
siapa-siapa ?”
“ O....jadi gitu tho critanya, pantesan aja kamu agak beda gimana gitu
sama Aziz. Tapi aku nggak bakal bilang siapa-siapa kok, santai aja kali !”
Kurang lebih kami pacaran sudah satu bulan, tapi belum ada satupun
yang tau selain Meyta. Orang tua kamipun
juga belum ada yang tau. Kami nggak pernah berantem sama sekali. Tapi
ternyata Meyta adalah “Musuh dibalik
selimut”, ternyata dia nggak bisa jaga rahasiaku. Dia ternyata cerita ke
teman-temanku yang lain. Semua temanku tau, dan hal itu menbuat salah paham
antara aku dan Aziz. Aku kira yang bocorin semua Aziz, tapi ternyata Meyta. Aku
jadi benci sama Meyta. Hubunganku dan Aziz sudah tidak seperti dulu lagi. Aziz
marah sama aku dan aku udah coba jelasin semua ke Aziz. Aziz akhirnya ngerti,
dia nggak lagi marah ke aku. Tapi aku tetap saja benci sama Meyta. Meyta sudah
berkali-kali minta maaf ke aku dan juga Aziz, Meyta nglakuin itu semua karna
ternyata Meyta cemburu terhadap aku dan Aziz, dia juga suka sama Aziz. Akhirnya
aku dan Aziz pun ngertiin Meyta dan maafin dia, dan Meyta pun berjanji nggak
akan ngulangin semuanya lagi demi aku dan Aziz.
“ Lis, Ziz, maafin aku yah? Aku tuh nglakuin itu semua karena aku
cemburu, tapi kali ini aku akan buang rasa cemburuku jauh-jauh, karena aku
sayang sama kalian, kalian mau kan maafin aku?”
“ Iya Meyta, aku ngerti kok kalau kamu itu cemburu, tapi lain kali
jangan diulangi ya Mey, lagian kamu tau kan kalau aku sama Aziz itu sudah
saling suka dari dulu, dari kelas 1 SMP.”
“ Iya, Lis makasih banget yah”
“ Iya, nggak papa koq”
Sejak saat itu kami berdua kembali rukun, walaupun semua orang sudah
tau hubungan kami, bukan hanya sebatas teman, tapi lebih dari itu.
“ Aziz, aku pengen ngomong sama kamu, tapi kamu jangan marah ya!”
“ Iya, mau ngomong apa Lis?”
“ Kamu masih sayang nggak sama aku?”
“ Ya iyalah, lha emangnya kenapa kok kamu tanya gitu? Apa
jangan-jangan kamu udah nggak suka lagi sama aku?”
“ Bukan gitu, tapi kamu kok aneh gimana gitu sama aku? Aku ngrasa kamu
itu deket banget sama Meyta, apa jangan-jangan kamu suka ya sama dia?”
“ Lhoh kamu kok ngomong gitu sih Lis? Aku sama dia itu cuma temen
doank kok, nggak lebih kali, kamu cemburu yah?”
“ Iya, aku cemburu sama kamu, kamu tau kan?”
Iya, aku nggak akan deket-deket sama Meyta lagi, demi kamu”.
Hari mulai berganti, nggak terasa ternyata hubungan kami sudah berjalan selama 2 bulan, suka dan duka
kami lalui bersama. Tapi rupanya inilah saat-saat yang menyebalkan bagi kami.
Aziz salah paham denganku dan dengan temannya, dia kira aku selingkuh sama
temannya, Rozaq. Karena selama ini aku sering sms-an sama Rozaq, tapi aku nggak
ada apa-apa sama dia, hanya sebatas teman. Itu semua membuat aku dan Aziz
berantem, dan akhirnya kami pun menyelesaikan secara baik-baik berdua.
“ Alis, sebenernya kamu itu ada hungan apa sama Rozaq? Apa dia pacar
kamu?”
“ Lha emangnya kamu itu nggak deket banget apa sama Meyta? Aku juga
nggak suka kalo kamu deket-deket sama dia!”
“Aku itu nggak deket-deket sama Meyta, tapi malah kamu yang
deket-deket sama Rozaq!”
“ Enggak, dia bukan apa-apa ku
lagi!”
“ Kamu bilang ke aku kamu nggak akan jauh dari aku, tapi apa nyatanya sekarang?”
“ Eh, malahan kamu yang bilang ke aku, katanya kita forever love,
tapi itu semua cuma gombal kan? Cuma rayuan maut kamu!”
“ Kamu sekarang mintanya apa?’
“ Aku minta, kamu lupain aku, dan anggep aja kita nggak pernah ada
hubungan apapun, kita hanya teman”.
“ Ok, kalau itu memang mau
kamu, aku nggak akan deket-deket sama kamu lagi”.
Sejak saat itu diantara aku dan Aziz sudah nggak pernah komunikasi
lagi, bahkan sms-an pun tidak. Saat Aziz ngliat aku, dia nggak peduli sama aku,
seperti angin berlalu. Tapi seandainya dia tau aku masih menyimpan perasaan
cinta untuk dia, Aku masih sayang dia, tapi aku nggak tau dia itu masih sayang
apa nggak sama aku. Sudah kurang lebih satu bulan kami nggak saling bicara
sedikitpun. Bahkan aku nggak mau liat dia lagi. Aku muak dengan dia, tapi aku
masih cinta. Teman-temenpun slalu menghibur aku.
“ Lis, kamu sabar aja, cowo’ tu nggak cuma Aziz. lagian apa sih
bagusnya Aziz itu? Dia tuh nggak pantes buat kamu.”
“ Tapi aku masih sayang sama dia Rahma”
“ Iya Lis, kamu harus berusaha nglupain dia, aku aja bisa kok nglupain
dia masa kamu nggak bisa Lis?’
“ Meyta, Rahma, aku juga pengen bisa nglupain dia, aku tau dia itu
udah nggak pantes buat aku, tapi aku nggak bisa nglupain dia secepet ini, harus
pelan-pelan”.
Hari ini aku mencoba buat nggak mikirin dia, aku pengen hidupku enjoy.
Tapi saat aku ke warnet buat facebook-an, aku ketemu sama Aziz. dia
chatting sama aku, dia minta maaf atas semua perbuatannya ke aku.
“ Ae ....Lis siang”
“ siang jg, knapa?’
“ Km msih mrh ga ma aq?”
“ Enggak, aq dh lupain smuanya kq!”
“ Aq mnta maaf atas smuanya yya, aq tau km sering nangis krn aq kan!
Km bsk bisa ga ktemu ma aq??”
“ Iya, emang knp?”
“ Aq pgen ngmong ma km!”
“Iya...!!!”
Hari ini aku seneng banget karena Aziz ternyata nggak marah sama aku.
Dan besok aku harus siap-siap buat ketemu sama Aziz. Dan malam ini pun terasa
sangat indah, pasti aku mimpi indah. Malam ini aku nggak bisa tidur, aku
ngebayangin wajah Aziz terus. Dan malam ini rasanya menyenangkan banget.
Akhirnya aku tertidur pulas hingga pagi.
Sebelum ketemu sama Aziz aku ketemu sama Meyta dan Rahma, mereka semua crita
tentang jeleknya Aziz ke aku, aku sempet nggak percaya, tapi ternyata benar
semuanya, Aziz sekarang ternyata dia sudah punya pacar setelah putus dari aku.
Aku nggak habis pikir, dia secepat itu
nglupain aku, padahal aku selalu cinta dia. Tapi aku tetap datang untuk
ketemu sama dia, aku nggak mau dia kecewa, ternyata dia udah nungguin aku. Kami
terdiam beberapa saat, tapi akhirnya Aziz mengawali pembicaraan.
“ Alis, kamu masih sayang nggak sama aku?”
“ Aku nggak tau, lha kamu sendiri gimana?”
“ Jujur aku masih sayang sama kamu, kamu mau nggak balikan sama aku?”
“ Maksud kamu apa? Bukannya kamu udah punya pacar?’
“ Iya, tapi aku KASIAN sama kamu, aku nggak mau ngliat kamu nangis!”
“ Berarti kamu ngajak balikan sama aku hanya karena KASIAN doang sama
aku? Kamu nggak mikirin perasaan aku?”
“ Iya, tapi aku juga masih
sayang sama kamu!”
“ Gombal!!”
“ Aku nggak bohong Alis!!”
“ Kamu pikir, kamu bisa dengan rayuan maut kamu? nggak bisa! tau nggak
sih?”
“ Lis, kamu itu gimana sih, aku itu jujur sama
kamu”.
“ Maaf Aziz, aku nggak mau mikirin perasaaan dulu, aku mau mikirin
sekolah aku, karena aku udah kelas 9 SMP, bentar lagi mau ujian, aku pengen
konsen dulu sama sekolah aku!”
“ Ok lah kalau itu mau kamu, aku nggak akan ganggu kamu lagi. Tapi
kamu nggak boleh lupa sama aku ya, aku
pengen sahabatan sama kamu!”
“ Iya, aku tau perasaan kita sama Ziz”
“Iya Alis”
“ Ya sudah, aku pulang dulu aja.”
“ Iya, hati-hati ya Lis, aku sayang kamu.”
“ Aku juga sayang kamu.”
Sejak saat itu aku dan Aziz menjadi teman baik, aku selalu memberi
arahan sama dia saat dia salah, karena aku sayang sama dia. Dan aku nggak tau
apa ia rasakan ke aku, tapi aku nggak peduli, yang penting hanyalah
persahabatan.
Hari ini
rasanya aneh,kenapa ya Aziz nggak mau ngeliat mukaku, apa dia marah lagi sama
aku, apa coba salahku. Aku binggung dengan tingkahnya ke aku. Dikit-dikit
marah, dikit-dikit ngajak balikan, Huft.....jadi sebel dech. Tapi apa jangan-jangan
dia udah nggak suka sama aku lagi? Tapi kenapa secepat itu dia nglupain aku,
padahal aku selalu cinta dia.........oooh malangnya nasibku.
Kamu tanya aku menjawab
Kamu minta aku berikan
Ku sayangi kamu
Ku bicara kamu yang diam
Ku mendekat kamu menghindar
Separah inikah kamu dan aku
bagaimana bisa aku tak ada
di setiap
mu melihat
sementara ku ada
bagaimana bisa kamu melupakan
yang tak mungkin dilupakan
aku selalu cinta, selalu cinta
Kamu hilang, aku menghilang
Semua hilang tak ku kira
Jangan Tanya lagi
Tanya mengapa
Bagaimana bisa aku tak ada
Di setiapmu melihat
Sementara ku ada
Bagaimana bisa kamu lupakan
Yang tak mungkin di lupakan
Aku selalu cinta
Tapi kamu tidak,,,,tapi kamu tidak
Saat aku mendengar lagu slalu cinta dari kotak, aku rasanya
ingin nangis. Tapi aku nggak mau dibilang cengeng hanya karna cowo’ brengsek
itu. Cowo’ kayak Aziz nggak perlu ditangisi, karena dia bukan cowo’ baik, dia
tipe cowo’ buaya, banyak yang bilang gitu, termasuk Meyta dan Rahma. Udahlah
semua itu nggak penting, aku hanya pengen mikir sekolah, karena kurang dari 4
bulan aku udah Ujian Nasional. Aku nggak peduli apapun tentang Aziz lagi toh
cowo’ bukan hanya cuma dia. Aku cuma harus belajar ...belajar dan belajar....
“ Lis bentar lagi kita udah ujian, kamu dah bisakan nglupain Aziz?”
“ Iya Mey, aku dah berusaha itu”
“ Kamu harus bisa Lis, aku nggak mau kamu mikirin dia terus”.
“ Iya, Rahma, Meyta, tenang aja lagi !”
Saat aku ngobrol dengan Meyta dan
Rahma tiba-tiba Aziz muncul dari belakang dan mengagetkan kita bertiga. Dan ia
tiba-tiba bilang ke kami bertiga,
“ Aku nggak sejelek yang kalian kira, aku bukan cowo’ brengsek, kalian
salah, itu semua cuma gosip , sejauh ini aku tuh cuma suka sama Alis!”
Kami
bertiga diam mendengar perkataan Aziz tadi, tak ada satupun dari kami yang
bicara setelah mendengar kata-kata Aziz. perasaanku bilang kalu Aziz tu nggak
bohong. Aku percaya sama Aziz. tiba-tiba Aziz ngomong lagi,
“ Kenapa kalian bertiga diam? Alis, kamu percaya kan sama aku?”
Meyta dan Rahma pun serentak menjawab, “ Alis udah nggak suka sama
kamu, dia pengen konsen sama sekolahnya.” Tapi aku menjawab,
“ Perasaan ku bilang , aku percaya sama kamu Aziz, dan aku masih
sayang sama kamu, sampai kapanpun!” Aziz, Meyta dan Rahma terdiam mendengar
ucapanku, mereka kaget mendengarnya tadi. Lalu Aziz bilang, “ Trus kamu mau
nggak balikan sama aku lagi Lis? Please banget Lis, aku mohon!” Dan kali ini
sudah kesekian kalinya Aziz ngajak balikan ke aku dan jawabku tetap sama
seperti dulu, aku nggak mau sama Aziz.
“ Aziz kamu tau kan? I will
always love you forever, jadi kamu nggak usah khawatir, tapi maaf banget,
aku tetep nggak bisa jadi pacar kamu, dan kamu udah tau apa alasannya kan? Jadi
aku nggak perlu alasan lagi.”
“ Iya, aku juga mau konsen dulu ke
sekolah ku, aku bakal setia sama kamu Alis! And I will always love you
forever”
Tiba-tiba
Meyta dan Rahma bilang “ cye...cye, CLBK nieh ! TTM alias teman tapi mesra!”
Sejak saat
itu aku, Aziz, Rahma, Meyta menjadi sahabat baik. Kami setia setiap saat, dalam
suka maupun duka kami selalu bersama. Kami tak peduli tentang cinta atu pacar
lagi, yang kami pikir hanyalah “PERSAHABATAN” Kami tak ingin menangis
karena cinta lagi, dan yang harus selalu diingat sahabat itu lebih setia
dibanding dengan pacar. Kami Best Friend Forever. Meskipun ada rasa yang
beda antara aku dan Aziz, aku tetep bakal mendem perasaan itu. Aziz bakal
nunggu sampai aku mau, dan diantara kita udah nggak ada lagi yang namanya
perselisihan, yang ada hanyalah kasih sayang, kasih sayang persahabatan dan
kasih sayang cinta.
Pacar dapat menjadi kenangan
Tapi sahabat adalah kepercayaan
Pacar cuma sesaat
Tapi sahabat selamanya
Pacar emang saling memiliki
Tapi sahabat saling mengerti
Pacaran dapat berakhir
Tapi sahabat sampai mati

